25 Tahun Europe on Screen 2025 (EoS)

Jakarta -TEVRI-TV.com

Film Pembuka dan Penutup: Kisah-kisah yang Menggugah
Sebagai film pembuka, EoS menghadirkan Circusboy – Zirkuskind (Jerman, 2025, 85
menit), film doku-drama anak-anak yang kocak dan menyentuh, karya Julia Lemke
dan Anna Koch. Film ini mengisahkan kehidupan Santino, seorang anak lelaki yang
hidup bersama keluarganya dalam sebuah sirkus keliling dan petualangannya yang
nomaden. Circusboy telah menerima Special Mention Prize for Best Film di kategori
Generation Kplus di Berlin International Film Festival 2025, dan terpilih di Official
Selection kategori World Showcase di Hot Docs 2025.
Sebagai film penutup, EoS memilih film drama yang sangat memilukan berjudul The
Boy with Pink Pants – Il Ragazzo dai Pantaloni Rosa (Italia, 2024, 114 menit), karya
Margherita Ferri. Berdasarkan kisah nyata, film ini mengikuti kisah Andrea
Spezzacatena, remaja 15 tahun yang menjadi korban perundungan di sekolahnya.
Film fitur ini merupakan salah satu film terlaris di Italia pada tahun 2024, dan terpilih
sebagai Official Selection di Tallinn Black Nights Film Festival 2024, serta mendapat
nominasi Best Adapted Screenplay di David di Donatello Awards, penghargaan
tertinggi perfilman Italia, pada tahun 2025.
Representasi Sinema yang Inklusif
EoS 2025 menyajikan film-film pilihan yang berani dan inklusif, dengan lebih dari 50%
film yang ditayangkan disutradarai oleh perempuan – dan sebagian besar merupakan
film debut atau film pertama dari sutradaranya. Hal ini menggarisbawahi dukungan
festival untuk suara-suara yang kurang terwakili.
“Tahun ini, EoS memberi platform yang dinamis bagi sineas perempuan,” kata
Meninaputri Wismurti, Ko-Direktur Festival EoS 2025. “Sekitar 30 dari 55 film Eropa
yang terseleksi di EoS 2025 disutradarai oleh perempuan. Hal ini mencerminkan
keragaman dan dinamika sinema Eropa saat ini, sekaligus menjadi sebuah
representasi penting dalam dunia perfilman global.”
Tambahan istimewa di festival ini adalah ‘From Locarno to Venice’, sebuah program
retrospektif yang menampilkan lima film pendek karya sineas Indonesia yang telah
mendapat pengakuan internasional dengan pemutaran perdana – bahkan ada yang
meraih penghargaan – di dua festival film bergengsi di Eropa:
1. Maryam karya Sidi Saleh (Venice Film Festival 2014. Penghargaan: Best Short
Film, Orizzonti Award);
2. Kado karya Aditya Ahmad (Venice Film Festival 2018. Penghargaan: Best Short
Film, Orizzonti Award);
3. 4. On the Origin of Fear karya Bayu Prihantoro Filemon (Venice Film Festival 2016);
Dear to Me karya Monika Vanesa Tedja (Locarno Film Festival 2021); dan
5. Dancing Colors karya Mohammad Reza Fahriyansyah (Locarno Film Festival
2022).
“Ketika Dear to Me ditayangkan di program Open Doors di Locarno Film Festival, tak
hanya film ini bertemu dengan publik internasional, tapi juga memberikan saya
kesempatan berjejaring dan berbagi pengalaman dengan filmmaker dari seluruh
dunia,” kata Monika Vanesa Tedja, yang juga merupakan peraih piala Citra untuk film
My Therapist Said I Am Full of Sadness sebagai film pendek dokumenter terbaik di
Festival Film Indonesia 2024.
Mendukung Talenta Baru: Proyek Pitching Film Pendek EoS
EoS 2025 kembali menggelar program Short Film Pitching Project (SFPP) – sebuah
kompetisi pendanaan film pendek – untuk terus mendukung para sineas pemula.
“Tahun ini, jumlah pendaftar memecahkan rekor, meningkat 86% yaitu 373 pendaftar
dibanding 197 pendaftar di tahun 2024. Tak hanya itu, sekitar 20% dari pendaftar
tahun ini datang dari luar Indonesia, yang menunjukkan bahwa kehadiran program
SFPP mulai diperhitungkan bagi pembuat film pemula secara global,” ungkap Nauval
Yazid, Ko-Direktur Festival EoS 2025. “Hal ini menunjukkan bahwa semangat
berkarya untuk terus membuat film pendek dengan imajinasi yang tak terbatas dan
cerita yang unik, terutama bagi pembuat film di Indonesia, semakin berkembang dan
kompetitif.”
Kesepuluh finalis SFPP EoS 2025 adalah:
1. Nina OTW Ngatta karya Rahmi Salsabila dan Nurul Ghaliyah Gunawan
(Makassar);
2. Sang Penjaga (Echoes of The Universe) karya Sesarini dan Lyza Anggraheni
(Yogyakarta);
3. Pool Party karya Aisyah Aulia dan Adrian Fauzi (Sumedang);
4. Ready, Set, Go karya Aaron Pratama dan Kathleen Tio (Jakarta);
5. Salam, Maryam karya Beny Kristia dan Fathur Syahnuron (Malang);
6. Kabar Berlaut karya Diva Bulan Satria dan Gabril Hamala Wahyan (Pekanbaru);
7. In The Name of Me karya Teresa Katarina dan Jonathan Gradiyan (Jakarta);
8. Waktu Indonesia Bagian Pasifik karya Dicky Karunia Abdi dan M. Ilham Mustain
Murda (Jayapura);
9. Pejantan Tangguh karya M. Ghalib Firdaus dan Aditya R. Sulistyo (Surakarta); dan
10. Kala Pada Suatu Kala karya Ayara Bhanukusuma dan Ahmad Kamil (Jakarta).
Keistimewaan Lain dari EoS 2025
Untuk merayakan edisi ke-25, EoS menghadirkan beberapa elemen baru, yaitu:
• Lokasi baru untuk pemutaran film di Jakarta yaitu Grand Sahid Jaya Hotel, tempat
ikonik yang menawarkan suasana yang ramah untuk menonton film.
• Lokasi baru untuk pemutaran film di Surabaya, yaitu Universitas Airlangga, bekerja
sama dengan EU Centre yang baru didirikan.
• Untuk pertama kalinya sejak pandemi, Malam Pembukaan kembali diadakan di
bioskop, menjanjikan perayaan sinematik yang megah pada hari Kamis, 12 Juni
2025.
Sejak Februari 2025, EoS telah melaksanakan berbagai kegiatan pra-festival melalui
program ‘Road to EoS 2025’, dengan serangkaian sesi Instagram Live yang
menampilkan para pelaku industri perfilman Eropa dan Indonesia untuk berbagi
pengalaman di industri film seperti produksi film, manajemen festival, oendanaan dan
distribusi, serta peran sinema dalam masyarakat. Program ini dilanjutkan dengan
penayangan film-film dari edisi EoS terdahulu dan dilaksanakan di beberapa pusat-
pusat kebudayaan dan universitas seperti UPI Bandung, ISI Yogyakarta, ISI Denpasar
dan SAE Jakarta.
Gratis dan Terbuka untuk Umum
Seluruh pemutaran film EoS 2025 bersifat gratis dan terbuka untuk umum.(ine)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *