Jakarta-tevri-tv.com
Kecerdasan buatan AI, kini tidak lagi sekedar alat bantu manusia ia belajar, beradaptasi, bahkan mampu ” mengambil keputusan”sendiri.
Namun, apakah kemampuan itu sudah bisa disebut kesadaran? Dan jika AI benar-benar “Sadar”, mungkinkah ia memiliki hak politik – bahkan mencalonkan diri sebagai Presiden?
Pertanyaan menantang ini akan dibedah dari berbagai sudut pandang:sains, etika, dan spiritualitas.
Melalui forum NGOBRAS ( Ngobrolin Agama & Sains ) Seri ketiga ini, kita diajak menelaah sejauh mana batas antara ciptaan dan pencipta, antara akal buatan dan jiwa manusia.
NGOBRAS seri ke-3, di Aula Imam Khomeini, ICC Jakarta lt.3, Jumat ( 24/10/2025), pukul 16.00-18.00 wib, dengan Narasumber yang hadir antara lain; Dr. Budi Sulistyo, ST, MT, CISA, CDSM ( Penulis buku ” Apakah Silikon Bisa Menangis?”, praktisi dan Ahli AI )., Ir. Sayyid Hasan Shahab, MA ( Ketua Asosiasi Data Sains dan AI Indonesia (ASDASI) )., Moderator Dr. Akmal Kamil, MA ( Dosen STAI Sadra ) dengan MC dari ICC Jakarta Fauzan Jamil.

Pembicara pertama bapak Budi Sulistyo dengan Mungkinkah AI Menampilkan Perilaku Sebagaimana Manusia Yang sadar? Berdasarkan persepektif filosofis dan Saintifik mengenai Kesadaran dan Kecerdasan AI, ujarnya memulai pembicaraan.” Sebenarnya ada dua hal yang jadi kesadaran dan kecerdasan buatan AI yang tidak bisa terpisahkan, bagaimana Large Language Model ( LLM ) bekerja? Tujuan utamanya adalah menghasilkan kelanjutan yang masuk akal. ” masuk akal”, apa yang seseorang tulis setelah melihat miliaran halaman web dsb. membangun berbahasa natural tanpa model ataupun aturan: Multimodal AI dan Agentic AI. Seperti biasa kita lihat apakah komputer itu bisa secerdas manusia bicara yang bisa menjawab kemudian kita tidak bisa membedakan apakah berbicara ini manusia atau bukan, kecerdasan komputer itu ada ide bisa melampaui kecerdasan manusia, satuhal penemuan transistor yang sudah dan sebagai yang membuat komputer itu makin cantik tahun 2020 an sebenarnya alat touring yang bisa dinamakan Bobby, jadi sebenarnya sejak zaman era 80an sudah ada komputer yang bisa bercakap-cakap dengan kita, jadi yang kita tanya makanya jawabannya apa sebabnya cabang bercabang dan ketika kita ajak ngobrol jadi seperti kita seakan-akan bisa ngobrol. Menirukan kemampuannya sempit atau AI yang digunakan. Kecerdasan manusia itu yang menjadi Intelegence sebagai alat untuk membangun sistem yang bisa menganalisis bahasa nanti dia bisa berbicara atau menganalisis apa yang bisa dia analisis seperti netral language processing, versi canggih nya AI model menggunakan banyak data bahasa yang sistem seperti mesin bahasa yang bisa bercakap-cakap dengan kita yang ternyata bisa mengakumulasi pengetahuan juga yang ditanam ke AI berbagai pengetahuan manusia”, pungkas Budi Sulistyo.
” Kesadaran tidak bisa diprogram soal AI, hanya sebatas alat statistik yang berupa angka, sedangkan filsafat dan ilmu harus menggunakan kesadaran yang dibutuhkan manusia sadar dan cakap dalam programmer AI,” ucapnya.
Narasumber kedua Ir Sayyid Hasan Shahab membuka pembahasan tentang kesadaran AI, berujar bahwa sudah ada sosok AI yaitu Diella , Mentri Pemberantasan Korupsi di Albania di tahun 2025, dengan pontesi keunggulan yang berdasarkan Data dan Algoritma AI tetapi punya batasan dan tantangan”, kata Hasan Syahab.
Menurut Hasan Syahab AI didasari dua konsep matematika komputasi dan Algoritma yang menjadi perdebatan dari berbagai disiplin ilmu tentang Kesadaran AI.
Penemuan sains modern dan filosofi filsuf yang terkini yang sudah diberikan landasan apa itu AI untuk membedah tentang mengangkat seorang mentri pemberantasan korupsi, tetapi ada pertanyaan intervensi pribadi dalam tender publik soal batasannya adalah kreativitas mengolah data yang sudah ada yang seolah-olah sebagaimana manusia menyatakan ada kemampuan kognitifnya bukan hanya dari persepektif saintis dan tekhnologi yang menguasai banyak bidang berdasarkan landasan teori yang kuat”, ujarnya
” memakai tokoh Ibnu Sina dalam teorinya ” What philosopher ibn Sina can teach us about AI’, Ibnu Sina (980-1037), menawarkan sistem filsafat komprehensif yang membahas realitas, jiwa dan pengetahuan yang kerangka kerjanya memberikan perspektif yang kuat untuk mendefinisikan arti berfikir dan kesadaran “, kata Hasan Shahab
“AI buatan manusia oleh programmer manusia dan ditentukan oleh tujuan eksternal:masukan data, kode, listrik bukan gerakan substansial internal, jadi kesimpulannya natural Intelegence vs AI, hanya memanipulasi simbolik karena manusia yang membuat, jadi AI tidak punya kesadaran dan tidak berinovasi, AI hanya tempat creative dan Refleksi saja.
Perusahaan AI punya teknologi media massa dan punya informasi akurat”, ujar Hasan Shahab. (Ine)













