TEVRI TV, MANADO – Dewan juri menetapkan Rivaivel TO Pioh dan Bernanda Paparang sebagai duta kebudayaan Sulawesi Utara pada perhelatan Pemilihan Nyong Noni Sulut 2025 dan Pentas Seni Budaya yang digelar Kamis (18/9) malam di Manado Convention Centre.
Disaksikan ribuan pasang mata, keduanya disemat selempang Nyong dan Noni Kebudayaan oleh Kepala Dinas Pariwisata Sulut dr Kartika Devi Tanos, MARS. Juga mendapat hadiah uang tunai jutaan rupiah yang disiapkan Kementerian Kebudayaan dan diserahkan langsung oleh Sri Sugiharta, SS, MPA, Kepala Kantor Balai Pelestarian Kebudayaan Wilahyah XVII Sulawesi Utara.
Revaivel adalah utusan Kota Bitung, sedangkan Bernanda Paparang merupakan utusan Kabupaten Kepulauan Sangihe pada Pemilihan Nyong dan Noni Sulut 2025.
Perhelatan tahunan dari pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sebagai ajang mempromosikan pariwisata dan budaya tersebut, digelar selama sepekan lebih.Ketua panitia Dr Hendrik Manossoh, SE, M.Si,Ak, CA, menjelaskan bahwa tahun ini merupakan untuk pertama kalinya pada Pemilihan dan Noni Sulut memiliki pemenang dengan gelar Nyong dan Noni Kebudayaan. ‘’Sebelumnya, atau sejak perhelatan ini digelar tidak ada gelar itu,’’ jelas Manossoh.
Alasan dimunculkan gelar Nyong dan Noni Kebudayaan, sebut Manossoh, dilandaskan pada pemahaman bahwa pelaksanaan pemilihan Nyong dan Noni Sulut, utamanya untuk mempromosikan pariwisata dan budaya Sulawesi Utara. Sehingga diinisiasi, untuk pemenang Nyong dan Noni Sulut 2025 ditambah Nyong dan Noni Kebudayaan. Menurut Manossoh, gayung pun bersambut. Pokok pikiran panitia mendapat sambutan dan dukungan dari Kementerian Kebudayaan melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII Sulawesi Utara yang dipimpin Sri Sugiharta, SS, MPA.‘’Pak Sri Sugiharta dan jajarannya menyambut baik. Bahkan merespon untuk memfasilitasi, yaitu menyiapkan hadiah yang layak kepada peraih gelar Nyong dan Noni Kebudyaan,’’ jelas Manossoh.
Menurut Manossoh, bagi Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII Sulut Gorontalo, sebetulnya seluruh ata rantai kegiatan Pemilihan Nyong dan Noni Sulut 2025 memperlihatkan kesan bahwa perhelatan ini merupakan bagian dari obyek pemajuan kebudayaan.Selebihnya, kata Manossoh, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII Sulawesi Utara Gorontalo bersedia berkolaborasi dengan panitia.
Pada acara puncak, yaitu grand final Nyong Noni Sulut 2025, dikemas menjadi gemerlap catwalk dan pentas seni budaya.Pihak Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII Sulawesi Utara, bersedia berpartisipasi untuk menyiapkan materi. Sehingga pada malam grand final, ribuan mata penonton menyaksikan Tari Sikayu dari Boloaang Mongondow, Tari Lenso dari Minahasa Utara, lagu-lagu daerah dan Masamper, Musik Bambu dan grup kolintang Major-9 tampil semarak.Pada sesi talent’s show yang digelar Senin (8/9) di panggung Manado Town Square 3, seluruh peserta menyuguhkan minat dan bakat pada tarian trasional, storytelling, teaterikal, lagu dan musik daerah. Seluruh finalis bahkan mengenakan busana bernuansa adat.
Manossoh menambahkan, pada acara Malam Bakudapa serta grandfinal. Pada dua sesi acara itu, seluruh peserta mengenakan busana batik daerah produksi Sizzy Matindas Batik. Produksi kain Sizzy Matindas Batik adalah batik dengan ragam corak yang berakar dari kearifan local, warisan budaya Minahasa yang bernilai tinggi. Warisan budaya tersebut, salah satunya kisah yang melegenda dan tertuang dalam lagu daerah Miara Si Luri.
Dikatakan Manossoh lebih lanjut, peraih gelar Nyong dan Noni Kebudayaan nantinya akan berkontribusi pada segenap program kebudayaan di Sulut selama satu tahun ke depan. Terutama pada program dan kegiatan yang dilaksanakan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII Sulawesi Utara Gorontalo.‘’Setiap kegiatan budaya, keduanya akan tampil sebagai duta budaya. Kegiatan budaya di Sulut mapun di luar daerah, bahkan di laur negeri. Apalagi pada kegiatan-kegiatan Balai Pelestarian Kebudayaan,’’ tegas Manoossoh.
Sementara Wenny Wuisan, SS, M.Si, Kasubag Umum Balai Pelstarian Kebudayaan Wilayah XVII Sulawesi Utara Gorontalo mengatakan, pihaknya menunggu kehadiran Ravaivel dan Bernanda untuk bertandang di kantor. Sebab selanjutnya, Revaivel dan Bernanda selaku Nyong dan Noni Kebudayaan akan terus digodok dalam kaitan dengan tugas-tugas sebagai duta kebudayan. ( Red )